1. MISSION INB ACTION 3
MOST FAVORIT ACTOR: CHUCK NORRIS AND ROLLAND HARRAH III
PROFILE R | |||||||||||||||||||||||||
|
|
2. THE LAST SAMURAI
MOST ARTIS: TOM CRUISE AND KENT WATANABE
”The Last Samurai”
Petualangan Pahlawan Amerika
di Belantara Samurai
Warner Brothers Entertanment
ANTARMUSUH – Percakapan antarmusuh, Katsumoto dan Nathan Algren, segera berubah menjadi percakapan antarsahabat. Keduanya menyatukan dua dunia—Barat dan Timur—dalam satu nilai, yaitu cara ksatria.
JAKARTA – Nama Tom Cruise masih menjadi jaminan dinantinya sebuah film yang dilibatinya. The Last Samurai—film yang dipersiapkannya selama dua tahun—juga tak luput dari penantian penonton.Sutradara Edward Zwick, konon, telah membayangkan The Last Samurai sejak menyaksikan film Seven Samurai karya Akira Kurusawa saat ia berusia 17 tahun. Menurutnya, budaya Jepang, termasuk film-filmnya, telah memikat hatinya dengan begitu mendalam. Kekagumannya pada karya Kurusawa, terutama untuk penciptaan karakter, pengambilan gambar laga, dramatisasi tema, telah meletakkan sebuah obsesi di dalam benaknya untuk membuat film tentang samurai, satu saat kelak. Dan, masa itu datang pada tahun 2002. Ia membuat film tentang ksatria Jepang itu, tapi tentu saja dari sudut pandang seorang Amerika.
Dikisahkan, Nathan Algren (Tom Cruise) adalah seorang pahlawan Amerika. Ia berhasil membunuh berpuluh-puluh Indian dengan tangannya sendiri. Banggakah dia? Ternyata tidak. Kepahlawannya yang kemudian menjadi pertunjukan tersendiri di panggung-panggung di negerinya itu malah membuatnya tak bisa tidur. Ia memang membunuh banyak Indian, tetapi jumlah tersebut juga termasuk anak-anak dan para perempuan. Algren jelas tidak bangga dengan hasil perbuatannya. Namun, ia tak punya cara lain untuk melupakan dosanya itu selain melarikan pikirannya pada minum-minuman keras.
Satu hari, seorang pejabat penting dari Jepang menyewanya untuk melatih tentara Jepang. Ia terima tugas itu hanya karena ia patuh terhadap atasannya, Kolonel Bagley (Tony Goldwyn). Berangkat ke Jepang, ia menemukan ketertarikan untuk mengenal lebih jauh Samurai—ksatria Jepang yang mengabdi pada Kaisar—yang dikatakan sebagai pemberontak. Pertempuran di sebuah hutan membuat keinginan Algren terwujud. Ia dijadikan sandera oleh Katsumoto (Ken Watanabe), pemimpin Samurai, dan dibawa ke perkampungan mereka. Di sana, perlahan namun pasti, ia mengetahui bagaimana para Samurai ini hidup, menjunjung tinggi disiplin, jiwa ksatria, sportivitas, dan nilai-nilai budaya yang tinggi. Algren jatuh hati. Kedamaian yang selama ini dicari didapatnya justru di negeri yang jauh. Algren tak sulit mendapatkan hati Katsumoto dan para samurai.
Di Tokyo, ibu kota Jepang, Kaisar Meiji (Shichinosuke Nakamura) mendapat banyak pengaruh dari Omura, pejabat yang memiliki banyak kepentingan. Ia bahkan memberi restu kepada Omura untuk memerangi Katsumoto—orang yang selalu mengabdi kepadanya. Berkebalikan dari Katsumoto yang menjunjung tinggi nilai-nilai tradisional, Omura adalah orang yang mewakili pikiran yang modern, hanya saja semua demi kepentingan pribadinya.
Maka, demi prinsip yang dipegang masing-masing, berperanglah para samurai yang dipimpin oleh Katsumoto dan tentara didikan Amerika yang dipimpin oleh Omura. Sementara itu, Algren harus memilih: Mematuhi atasannya atau menuruti hati nuraninya.
Memenangkan Amerika
Banyak hal yang membuat The Last Samurai patut ditunggu para penggemar film. Sinematografinya yang indah membuat mata tak lelah melotot selama dua jam lebih. Gambar-gambar yang dihasilkan tak cuma bagus saat adegan-adegan minim orang. Untuk adegan perang yang melibatkan banyak orang pun, kamera tetap konsisten mengambil gambar dengan bagus.
Apalagi, lokasi yang dipilih sutradara Edward Zwick, yaitu Selandia Baru, begitu cantik. Kecantikannya itu pula yang telah membuat kreator The Lord of the Rings menjadikannya lokasi syuting.
Sang desainer produksi, Lilly Kilvert juga tak menyia-nyiakan lokasi ini. Lansekap di perkampungan samurai digarap maksimal. Plus bunga sakura dan gunung bersalju mirip Fujiyama, lokasi ini berhasil menciptakan kesan seolah-olah terletak di Jepang pada tahun 1896-an. Tunggu sampai Anda menyaksikan film ini, dan pujian pun bakal terlontar.
Nilai-nilai tradisi Jepang, terutama yang dipegang para samurai, menjadi point yang menarik. Betapa mengagumkannya seorang istri yang suaminya dibunuh musuh, justru merawat musuh tersebut hingga sembuh. Alasannya? Sang suami mati dengan cara syahid. Tak ada alasan untuk membenci sang musuh. Wow!
Trio penulis skenario—John Logan, Marshall Herskovitz dan Zwick—menciptakan karakter-karakter yang kuat. Lewat karakter Katsumoto, penonton diperkenalkan pada cara-cara hidup seorang ksatria. Tak pernah ada dendam dalam hati samurai. Tak kan ada orang yang mati sia-sia di tangannya. Ia memerangi musuh yang memang harus diperanginya. Algren adalah seorang pahlawan bagi masyarakatnya. Hanya saja ia belum menemukan arti pahlawan yang sesungguhnya. Keresahan hatinya itu ditunjang sikapnya yang terbuka terhadap pengaruh nilai-nilai baru.
Ken Watanabe dan Tom Cruise menunjukkan kelas mereka dalam berakting. Masing-masing peran dimainkan dengan sangat baik. Watanabe berhasil menunjukkan kekerasan hati Katsumoto di satu saat, kewelasasihan di saat lain, atau kegemulaian saat berteater di panggung. Cruise, seperti biasa, selalu menawan dalam penampilan. Karakter Algren begitu hidup di tangannya.
Gambar indah, cerita bagus dan pemilihan pemain tepat tentu bisa menjadi alasan bagi penyuka film untuk datang ke bioskop. Toh, tetap saja ada aspek yang mengecewakan.
3. WINDTALKERS
MOST ACTOR STEVEN CAGE
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar